Lukisan Paling Bersejarah Di Indonesia Koleksi Istana
Lukisan Paling Bersejarah Di Indonesia Koleksi Istana – Peringatan 71 tahun Kemerdekaan Indonesia pada tahun 2016 ini sangatlah istimewa. Karena pertama kalinya dari Istana Kepresidenan RI mempertontonkan koleksi lukisan dan benda seninya pada publik. Pertunjukan berjudul “17|71; “Goresan Pejuang Merdeka” ini digelar pada bulan Agustus tahun 2016, di Ruangan Seni Nasional Jakarta Pusat.
Untuk pertama kalinya masyarakat luas bisa menikmati keindahan karya seni terbaik yang menghiasi istana-istana di seluruh Indonesia. Pameran yang berlangsung di Gedung Seni Nasional Indonesia, Jakarta, sepanjang Agustus di tahun 2016 ini menampilkan 28 lukisan pilihan karya 21 pelukis dan sekitar 100 koleksi foto kepresidenan.
Sejumlah lukisan fenomenal antara lain karya Raden Saleh, Affandi, S. Sudjojono, Basoeki Abdullah, dan Dullah, pelukis Istana era Presiden Sukarno. Ada juga karya pelukis luar negeri seperti Rudolf Bonnet dan Diego Rivera. Istana Presiden di Indonesia terletak di Jakarta (Istana Merdeka dan Istana Negara), Cipanas, Yogyakarta, Tampaksiring-Bali, dan Bogor.
Disimpan kurang lebih ada 3.000 lukisan yang sudah melewati proses kuratorial pada tahun 2009-2010. Di antara koleksinya banyak terdapat kreasi legendaris yang menjadi tonggak sejarah tidak hanya bagi seni rupa tetapi juga bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Koleksi yang fantastis ini berawal dari ingin Presiden Soekarno yang terkenal mempunyai hasrat seni yang benar-benar tinggi. Tidak usah bingung Bila sebagian koleksinya merupakan hasil jerih payah Presiden Soekarno sendiri yang tak segan-segan berbelanja langsung di berbagai galeri atau sanggar seni.
Lukisan Paling Bersejarah Di Indonesia Koleksi Istana
Kurator pameran yang merupakan bagian dari peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 ini adalah Mikke Susanto dan Rizki A. Zaelani. Tak kalah uniknya, masyarakat juga bisa menghargai lukisan kreasi Presiden Sukarno sendiri judulnya Rini yang digambar pada tahun 1958.
Angka 1 dan 7 yang menjadi angka lebih istimewa di tahun ini. Angka 17 telah dicantumkan secara abadi dan sakral bagi bangsa Indonesia menjadi tanggal merdeka. Bila angka itu diputar sebagai 71, maka poros utamanya adalah peringatan kemerdekaan. Selama 71 tahun Indonesia mampu memilih 7 presiden dengan tetap mengedepankan 1 tujuan, Negara Kesatuan.
Pameran lukisan dan benda seni koleksi Istana Kepresidenan ini merupakan ajang pertama yang menyadarkan masyarakat terhadap benda-benda seni yang telah dikonsumsi segelintir orang. Lukisan dan benda seni istana ini tentu istimewa, bersejarah, dan tak ternilai harganya. Banyak lukisan yang sebagiannya dari silsilah kemerdekaan Indonesia itu menjadi tanda pertempuran bangsa.
Totalnya lukisan dan benda seni koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia (dari seluruh istana, baik di Jakarta, Bogor, Jogja, dan Bali) hampir mencapai 3000 buah, dan hanya 1% saja yang dipamerkan ke publik. sebanyak 28 lukisan. Pemilihan koleksi yang akan dipamerkan tentunya dengan pertimbangan yang ketat, dan memang dipilih lukisan-lukisan yang penting dan mempunyai makna khusus. Tak heran jika pengunjung tak henti-hentinya mengunjungi pameran ini sejak dibuka pada 2 Agustus lalu.
Penasaran dari 28 lukisan yang dipamerkan (semuanya tentu merupakan benda seni penting dan berharga), adakah yang paling istimewa dan terpenting, khususnya bagi Presiden Soekarno kolektor pertamanya. Saya bercakap bersama seorang pekerja seni (tapi dia bukan kurator pameran) yang sudah lama mengenal lukisan keraton, Bambang Asrini. Ternyata menurutnya ada 5 lukisan yang bisa dibilang paling penting dari keseluruhan koleksinya.
Berikut 5 Karya Beserta Narasinya
1. Penahanan Pangeran Diponegoro (Raden Saleh, 1857)
Karya sastra legendaris ini sudah dikenal hingga ke seluruh dunia, karena sang pelukis Raden Saleh juga merupakan seorang pelukis yang sudah melanglang buana. Cuplikan lukisan ini sudah sering kita lihat di berbagai media, buku sejarah dan lain-lain. Melihat lukisan aslinya secara langsung sungguh luar biasa, luar biasa dan saya terpesona (saya tidak dapat menggambarkan perasaan saat itu secara akurat). Lukisan ini terinspirasi dari lukisan pelukis Belanda berjudul Penyerahan Pangeran Diponegoro karya tahun 1930. Ada nada perlawanan dan rasa nasionalisme sebagai bangsa Indonesia yang membuat Raden Saleh menggarap lukisan ini. Dari segi penangkapan, artinya ada unsur paksaan dari pihak Belanda, memang demikian (Raden Saleh menggambar dirinya sendiri dalam lukisan itu, sebagai saksi penipuan penangkapan itu). Berbeda dengan pelukis Belanda yang menggambarkannya sebagai ‘menyerah’ yang terkesan kalah.
2. Pangeran Diponegoro (Basoeki Abdullah, 1949)
Lukisan ini menjadi lukisan pertama yang menyambut pengunjung ruang pameran, menggambarkan potret kegagahan seorang pahlawan Indonesia. Basoeki Abdullah sebagai seorang pelukis sangat konsen terhadap tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia. Dan lukisan buatan Belanda ini dibagikan Basoeki pada Presiden Soekarno yang dua – duanya mempunyai hubungan yang amat erat, layaknya saudara.
3. Panahan (Henk Ngantung, 1943 )
Lukisan ini kebetulan menjadi latar pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Presiden Sukarno sendiri yang menemukan lukisan ini, dan berkomentar “Lukisan yang bagus. Ini merupakan simbol bangsa Indonesia yang terus, terus berlanjut dan terus maju”. Saat membeli lukisan ini, sebenarnya Henk Ngantung belum selesai mengecatnya, ada bagian yang belum sempurna karena tidak ada modelnya. Saat itu, Presiden Sukarno menawarkan diri menjadi model, dan Henk segera menyelesaikannya. Lukisan aslinya rusak sebagian, dan asli direproduksi oleh Haris Purnomo.
4. Gadis Melayu dengan Bunga. (Diego Rivera, 1955)
Lukisan ini konon merupakan hasil rayuan maut Sukarno. Awalnya lukisan karya presiden Meksiko, Lopez ini tidak akan diberikan kepada siapapun karena merupakan lukisan yang sangat langka dan bersejarah bagi bangsa Meksiko. Namun entah kenapa, Sukarno berhasil merayu dan mendesaknya sehingga mereka menyetujui permintaan Sukarno untuk membawa lukisan tersebut ke Indonesia.
5.Rini. (Ir.Soekarno, 1958)
Ini adalah lukisan yang dilukis oleh Presiden Sukarno sendiri. Awalnya saat berada di Bali Dullah menjadi pelukis keraton baru saja buat sketsa tentang seorang perempuan. Lalu tidak keburu melukisnya dikarenakan mesti balik ke Jakarta. Selama sepuluh hari di Bali, Karno menyelesaikan sketsa Dullah dan menjadi lukisan Rini. Belum diketahui pasti siapa Rini dalam lukisan tersebut.