Sejarah Indonesia Melakukan Pergerakan Tahun 1942-1945
Sejarah Indonesia Melakukan Pergerakan Tahun 1942-1945 – Periode tahun invasi Jepang tahun 1942-1945 di Indonesia yaitu Sejarah dimana Indonesia mengalami masa kelam dan berusaha memperkuat rasa nasionalisme. Masa kelam tersebut terjadi selama 3 tahun dan hampir seluruh lapisan Masyarakat tertindas hanya untuk kepentingan perang Asia Timur Raya. Hal itu semakin menjadi karena kerja sama yang kuat antar militer Jepang dan kelompok nasionalisme yang menjadikan kekuatan Jepang sebagai bangsa yang bebas dan menjajah Indonesia dari pemerintah kolonial Belanda juga.
Pada tanggal 8 Maret 1942 militer Jepang berhasil menaklukan Hindia Belanda secara de jure dalam waktu 8 hari. Kesuksesan tersebut membuat Jepang menduduki wilayah hindia Belanda dan meninggalkannya sehingga menjadi tawanan perang pada saat itu. Invasi Panjang yang dilakukan oleh Jepang tahun 1939 juga mencakup wilayah Tiongkok (Peking dan Nanking) dan wilayah selatan (Korea, Indocina, Burma, Filipina, Hongkong, Malaya, Singapura, dan Hindia Belanda). Lamanya waktu kampanye besar-besaran tersebut sangat menguras sumber daya dan militer Jepang sehingga banyak yang membutuhkan wilayah sebagai basis sumber daya alam dan manusia. Saat melakukan pembagian wilayah kekuasaan pemerintahan tersebut dapat dicegah sedini mungkin. Oleh karena itu dilakukan pelarangan semua bentuk dalam pertemuan, pergerakan yang menyangkut susunan negara itu.
Cara Indonesia Supaya Bisa Bergerak 1942-1945
Pemulihan menjaga stabilitas ditandai dengan peraturan untuk Indonesia dan perubahan struktur yang bisa terjadi pada saat itu. Bahkan pemerintahan Belanda dihapuskan dan digantikan dengan pemerintahan Jawa yang berada langsung di bawa kepala tentara dan diangkat menjadi kepala pemerintahan pada saat itu. Pemerintahan militer ini memiliki 8 departemen sebagai penunjang pemerintahan. Departemen tersebut antara lain Departemen Urusan Umum ( Somubu ), Departemen Dalam Negeri ( Naimbu ), Departemen Perekonomian ( Sangyobu ), Departemen Keuangan ( Zaimubu ), Departemen Kehakiman ( Shihobu ), Departemen Kepolisian ( Keimubu ), Departemen Lalu-Lintas ( Kotsubu ), dan Departemen Propaganda ( Sendenbu ) (Herkusumo, 1982).
Pada masa ini, golongan nasionalis yang kooperatif dengan pemerintah militer Jepang membentuk usaha-usaha bersama dalam bentuk organisasi massa. Pihak militer Jepang pun tidak mau ketinggalan memanfaatkan gerakan itu untuk memobilisasi massa guna kepentingan militer di kawasan Asia-Pasifik, yaitu menaklukkan tentara Sekutu. Melalui tokoh penggerak yang dikenal dengan empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, KH Mas Mansur, dan Ki Hadjar Dewantara, kelompok nasionalis dan golongan Islam yang dinilai kooperatif oleh militer Jepang mendapat tempat di panggung gerakan keagamaan, sehingga organisasi seperti Majelis Islam a’la Indonesia (MIAI), Muhammadiyah, dan Nahdatul Ulama (NU) diizinkan berdiri kembali.
Sementara itu, upaya stabilitas berlangsung dikawasan Hindia Belanda diluar sana, tentara Jepang semakin merangsek diwilayah pulau-pulau kecil diLaut Pasifik. Hal itu digunakan untuk merebut wilayah pendudukan untuk membentengi gerak serangan pasukan Amerika, Australia, dan pasukan Sekutu lainnya. Kekalahan telak armada Jepang yang terjadi di Coral Sea dan Midway menyebabkan banyak armada militer, termasuk pasukan telah menjadi korban. Kegagalan tersebut membawa makna besar sehingga praktis kekalahan militer Jepang sudah semakin di depan mata.
Strategi Indonesia Dalam Pergerakan Romusha Tahun 1942-1945
Gerakan Romusha merupakan tenaga buruh kerja paksa yang direkrut berusia sekitar 16–40 tahun, baik perempuan dan laki-laki. Mereka bekerja untuk militer Jepang melalui aparat pemerintah lokal dengan perintah yang bersifat sukarela dan memaksa. Setiap tiga wilayah yang terbagi menjadi tiga pemerintahan militer memiliki dan mengorganisasi pekerja sebagai Romusha. Romusha ini juga dapat diekspor ke luar negeri seperti Singapura, Filipina, Malaysia, dan Birma. Tentu saja penyediaan pasukan tenaga kerja dilihat melalui tingkat kebutuhan dan hasil yang dicapai oleh pemerintah militer Jepang diwilayah administratif.
Sejarah Indonesia Melakukan Pergerakan Tahun 1942-1945. Cara-cara tersebut tergolong efektif karena mampu memobilisasi masa dengan cara yang relatif mudah dan masif. Kepala desa serta perangkat desa merupakan penggerak mobilisasi efekif dan cepat. Mereka datang ke rumahnya masing-masing oleh para perangkat desa untuk dimintai datang ke kantor kepala desa. Alasan tersebut dipakai untuk memobilisasi penduduk secara masif di desa tersebut. Peranantara yang paling cepat membawa berita mengabarkan ke setiap rumah penduduk adalah kurir lokal atau bagian dari perangkat desa. Mereka memberitahukan setiap orang yang dipanggil sesuai dengan nama diwajibkan datang pada hari yang telah ditentukan ke tempat kepala desa.